Wednesday 7 August 2013

PDI P, LAMARLAH DAHLAN IKHSAN atau MAHFUD MD

       Media massa gencar memberitakan tentang peluang Jokowi untuk menjadi calon presiden RI periode 2014-2019. Karna tingkat elektabilitas Jokowi yang sangat tinggi mau tidak mau membuat si Amien Rais yang katanya tokoh reformis tetapi sebenarnya seorang yang bukan reformis, menjilat ludahnya kembali, ludah yang sudah terlanjur beku bercampur debu jalanan bahwa Jokowi presiden dan Hatta jadi wakil. Ya. Seorang yang menyerang Jokowi waktu pemilu Gubernur berbalik sekian ribu derajat hanya untuk kepentingan pragmatis. Amin…aminnnnnn, ya amin saja anak negeri ini karna kau bukan panutan bagi generasi mudah hanya sepotong pecahan kaca untuk melihat kebelakang.

      Selain Amin, partai Demokrat pun tidak ketinggalan. Bukan untuk membangun wacana koalisi tetapi berupaya menjatuhkan citra jokowi melalui isu-isu sempalan dan bertindak seperti ibu-ibu RT yang suka cari kutu sambil membicarakan , menjelekan nama orang. Isu dangkal dari Fitra tentang dana Blusukan coba digunakan untuk menggoyangkan Jokowi tetapi sangat kasihan, Jokowi menghadapi dengan senyum. Bahkan Basuki  melontarkan sindiran, kalau  takut dengan pemilu 2014 tidak usaha menggunakan isu murahan.

     Soal isu murahan, public pun disajikan sosok ARB yang tingkat elektabilitasnya sangat rendah. Namun tetap ngotot. Kubuh Golkar mencoba memaketkan Jokowi sebagai wakil ARB..wahhhhhh..mimpi di siang bolong.  Akbar Tanjung telah mengingatkan ARB bahwa kalau elektabilitasnya masih rendah dan tetap jalan di tempat maka Golkar harus mencari figur lain menggantikan ARB.
PDIP Masih diam.
Strategi Politik PDI P yang masih diam, menungguh pemilu 2014 menjadi sebuah seni yakni seni penantian. Semuanya ada di tangan Ibu Megawati. Dalam diam Megawati dan PDI P melakukan refleksi, bahkan mungkin tapa dan puasa agar diberi kemampuan dan kebijaksaan untuk mengusung calon. JIka diamnya Megawati untuk tujuan ini bukan karna ambisi untuk maju lagi maka ini merupakan sebuah ziarah batin PDI P agar memberikan terbaik bagi bangsa ini.


Terbaik tidak harus dari dalam Partai.
Memberi yang terbaik sebagi calon  presiden tidak harus  berfokus pada kader partai.  Mencermati kader PDI P saat ini yangmempunyai peluang untuk maju sebagai Calon Presiden hanya Jokowi. Selain itu tidak ada lagi. Namun  Jokowi bersama Ahok baru memulai karya penatalayanan mereka di DKI. Publik DKI dan Nusantara menaruh harapan pada Jokowi-Ahok untuk menjadikan Jakarta sebagai Ibu Kota –Jakarta Baru yang membanggakan dan dapat bersaing dengan Ibu Kota Negara lain sekaligus sebagai Barometer Reformasi yakni pemerintahan yang bersih, tidak korup, berpihak pada rakyat.
Penulis berharap agar Jokowi tetap pada keteguhan nuraninya untuk menyelesaikan karyanya satu periode ini bersama Ahok. Dan seandainya Megawati memahami dan dengan kebesaran jiwa menerima komitmen Jokowi ini maka kebesaran jiwa itu pulah seharusnya mendorong Megawati untuk melihat calon lain di luar partai.
Ada tokoh yang bersih, bersahaja, kerja keras yakni Dahlan Ikhsan dan Mahfud MD. Melamar Mahfud MD maka PDI P berkoalisi dengan PKB tetapi mengingat sejarah Gus Dur di awal bersama Megawati sampai pelengseran Gus Dur, Megawati dan PDI P mempunyai peran yang teramat besar untuk proses pemecatan ini. Tetapi sekali lagi Politik itu tidak abadi.

    Dahlan Ikhsan, tokoh bersih, bersahaja, kerja keras tetapi tidak punya kendaraan Partai. Sangat kasihan jika Dahlan diusung oleh Partai terkorup yakni PD karna Ia akan terjebak untuk memenuhi nafsu para politisi PD.


  Seandainya Megawati menyempatkan waktu membaca tulisan-tulisan di Kompasian (ngarap, hahaha) maka penulis mengusulkan “Lamarlah Dahlan Ikhsan atau Mahfud MD untuk dipaketkan dengan Prabowo. Mengapa ?
Ø Indonesia  butuh pemimpin yang tegas dan public menaruh harapan pada Prabowo
Ø Hasil Survey menunjukan pososi Prabowo  di no 2 sesudah Jokowi
Ø Statemen Gerindra, Prabowo hanya periode 2014-2019
Ø Dan ini berkaitan dengan strategi  Gerinda menyiapkan Jokowi di periode 2019
Ø Gerinda membuktikan diri bahwa memberi terbaik bagi bangsa tidak harus ngotot kader partai tetapi  figure yang bersih dan berani seperi Ahok.

     Gerindra dan Prabowo membuktikan bahwa kompromi politik yang dilakukan harus murni untuk kemajuan bangsa bukan untuk bagi-bagi kue seperti yang dilakukan oleh SBY dalam koalisnya.
Banyak orang berteriak bahwa ini waktunya bagi Jokowi menjadi RI 1. Beta pun menuliskan harapan ini “ PDI P lamarlah Dahlan Ikhsan atau Mahfud MD dalam Koalisi dengan Gerinda”. Kenapa tidak?

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...