Engkau
yang bernama Tuhan
Kupanggil
engkau malam ini dalam sepi
Mencekam,
menakutkan sepih tiada teman
Seperti
saat engkau sendirian di sudut waktu doa
Saat
sahabatmu meninggalkan engkau
Engkau
Tuhan kupanggil engkau di sudut waktu
Saat
malam menepih pisah menanti mentari
Saat
burung-burung mendaraskan mazmur
Kupanggil
engkau untuk meletakan kembali
Potongan
kisah yang hilang
Bukan
tentang kekayaan
Bukan
deretan pujian
Juga
bukan litani, duka ratapan
Kupanggil
engkau
Untuk
meletakan kembali rasa kekaguman
Saat
aku melihat pemulung tua menyeberangi waktu
Memungut
serpihan rejeki
Saat
aku melihat boca kecil bermain
Berbagi
kisah dengan anjing kecil
Saat
aku melihat kucing berbagi makanan dengan anjing
Saat
aku melihat boca kecil menarikan tarian
Bercelanakan
longgar terlepas
Saat
aku melihat sopir bajai menggoda sopir taksi
Saat
aku mendengar pesanan kopi diganti susu di warung makan
Saat
lampu mera menyala dan kendaraan
berhenti
Saat
satpam memberi senyum menawarkan petunjuk
Saat
tukang kasir menjawab Tanya di waktu sempit
Saat
Ia melempar senyum tanpa aku kenal siapa dia
Tuhan,
Engkau kupanggil malam ini,
Engkau
kupanggil di pagi hari
Engkau
kupanggil di senja hari
Hanya
mau menyampaikan
Rasa
kagumku akan hal-hal kecil
Ia
yang memberikan rasa indah
Ia
yang menawarkan kebijaksanaan hidup
Kupinta
cukup tananmakn rasa Kagum
Di
sudut jiwaku yang perlahan beku
Aku
rindu merasakan Hadirmu
Setiap
waktu
Setiap
bentuk
Setiap
warna
Engkau
kupanggil
Dengan
senyum ini....
Uran Oncu, 20 Maret 2013
read more http://kompasiana.com/uran
No comments:
Post a Comment