Sunday, 2 June 2013

SBY DAN PENGINGKARAN PANCASILA

Di bawah rindangan daun pohon sukun, di hadapan hamparan alam, laut tenang membentak luas, cakrawala menyibak tirainya, biarkan kecerahan menyapa Sang Pemikir, merenung dalam kekinian dirinya. Ia bersatu dalam alam, mendergarkan Gita Cinta Persada membisikan setiap kata. Ia terus datang, duduk dan merenung. Jiwanya tergoncang karna satu kata ” Cinta” buat Ibu Pertiwi. Cinta yang memampukan ia mendegarkan suara Nuarani bangsa ini, Cinta yang memampukan ia melepaskan diri untuk memberi dirinya, Total demi bumi Persada ini. Ia Soekarno hari ini diperingati dalam bingkai Lahirnya Pancasila Pancasila, dasar Negara ini gaungnya seperti hilang tertelan di tengah hiruk pikuk kepentingan sektarian, golongan, agama, partai. Para pemimpin bangsa, pemimpin parati, tokoh-tokoh golongan mengajarakan rakyat, bawahan dan pengikutnya tentang “keagungan” kepentingan diri dan kelompok”. Mereka mencabik dan mencampakan Pancasila. Nilai-nilai Pancasilah hanyalah untaian kalimat yang sudah ditidak menginspirasi lagi. Pancasila bukan lagi dasar Negara karna dasar Negara sudah diganti dengan dogma kelompok, AD/ART partai Poltik yang korup. Cinta dalam Totalitas bagi bangsa ini, warisan dari Sang Pendiri Bangsa, telah pudar dan hilang maknanya. Perterjamahan makna Cinta ini dikuatkan oleh Gus Dur dalam Spirit Pluralisme pun semakin tercabik-cabik karna Ia Pemimpin tidak memiliki Cinta pada Negeri ini. Kaum minoritas setiap saat hidup dalam ketakuatan, merasa terasing di negeri sendiri. Para petani di pedalaman Kalimantan, Sumatera terdepak dari warisan tanah leluhur mereka karna kehadiran para konglomerat yang mencaplok lahan ulayat dengan cara-cara korup. Kebebasan beragama tersandung oleh gerombolan-gerombolan yang mengatasnamakan agama dan pemerintah pun takut dengan mereka. Petisi penolakan SBY menerima penghargaan ACF menegaskan bahwa Ia SBY tidak mencintai Bangsa ini. Jika SBY mencintai bangsa dan rakayatnya maka ia tidak sebatas imbauhan, sebatas hasil rapat kabinet tetapi ia terjun langsung memastikan warga Ahmadya kembali ke rumah mereka dengan rasa aman, Ia terjun langsung memastikan warga GKI Yasmin beridabah di Gereja, Ia terjun langsung memimpin evakuasi para korban longor di penambangan Freeport. Soekarno mencintai bangsa ini dalam ketotalan pemberian diri. Ini berbeda dengan SBY. Ia mencitai negeri ini demi : 1. Pencitraanya 2. Demi partai politik 3. Demi lingkaran keluarganya 4. Demi ketakutan pada golongan tertentu 5. Demi pengharagaan semu dari pihak Asing Jika Ia SBY benar-benar mencintai bangsa ini maka ia tidak akan tampil dengan “cengegesannya” sukan mengeluh alias Curhat. Para tokoh bangsa, kata Anies Basweda memiliki peluang untuk mengeluh tetapi mereka tidak menyampaikan itu, mereka memilik kesempatan untuk pesismis tetapi mereka terus mengobarkan semangat optimisme. Mengapa? Jawaban, para tokoh Bangsa ini Soerkarno, Hatta, Sjharir, Boedi Oetomo, H. Agus Salim, Mgr Soegiopranoto dll, memiliki CINTA yang TOTAL bagi bangas ini, Cinta yang didasari oleh Pancasila. Melihat kenyataan perjalanan bangsa ini selama kepemimpinan SBY, apakah SBY sungguh-sungguh mencintai bangsa ini? Kenyataan Pluralisme sebagai wujud dari Nilai-Nilai Pancasila tercabik dan pemerintah diam. Negara tidak hadir bagi kaum minoritas. Kekayaan alam dirampok melalui perusahaan asing dan dirampok oleh para koruptor di dalam negeri. Negara seperti kue yang dibagi-bagikan bagi kepentingan politik. Semuanya ini terjadi karna pemimpin, kepala negara ini tidak lurus. Akibat kepala tidak lurus maka kebawahnya juga tidak lurus (seperti ungkapan Ahok). berdasarkan uraian di atas maka bagi saya, SBY tidak mencintai bangsa ini, yang terjadi SBY sedang mengkianati Pancasila….. menurut anda? Salam

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...