Kunjungan anak-anak sambil berdoa di rumah kami, Hari Perayaan Tiga Raja, Januari 2013 |
Tidak ada kaset lagu.
Kubuka you tube dan mencari sebuah judul lagu sembari menanti detak waktu,
perpaduan hari, saat hari ini mengulur tangan menyapa empunya hari esok. Di Doa
Ibuku Namaku di sebut.
***
Sembari menatap potret tua,
berlukiskan sekian guratan garis di kening mereka,
berhiaskan uban putih
lukisan warna senja kehidupan,
sebaris senyum dari kepasrahan berjuntai untai Rosario di
tangan tua
Garis waktu membentang sekian jarak, waktu yang telah aku
tempuh
Kerapuhan gerogoti imanku namun titipan doanya
Di setiap sudut waktu tanpa letih melantunkan pasrah Iman
Kuatkan langkahku, sadarkan aku akan kekinian
Ia yang berbagi cawan bersamaku
Ia yang berbagi sepotong roti bersamaku
Ia yang jantungnya berdegub bersama deguban jantungku
Ia yang bersamanya aku terlelap, tenang dalam mimpi kecilku
Ia yang kini tanganya tidak kuat lagi merangkul lesung
Tempat menumbuk padi
Ia yang tanganya telah gemetaran menenun sarung
Merajut setiap helai berbingkai potret warisan leluhur
****
Potret tua mereka lukiskan Gita Cinta
Tentang totalitas kepasrahan pada Sang Khalik
Kuganti syair “Ayah”
Sepenggal syair dari Puisi Kehidupan
Ia sang Pujangga di bentangan waktu
Merenda hari di bukit batu dan gelora pantai selatan
Ia yang beranjak jalan menyusuri gulita malam menuju ladang
Sebelum sang mentari menyapa pagi
Peluh pagi bersatu embun malam
Saat tangannya menyibak ilalang
Cekatan memacul di cela bebatuan
Di hari lain ia kembangkan Layar
Susuri horizon pagi ikuti arah angin gunung
Ia berlayar sejauh layar berkembang
Di tengah sunyi riak gelombak
Ia ulurkan tali pancing
Menanti sambaran setiap umpan
****
Tangannya memisahkan ikan, mana yang dijual
Hanya untuk satu impian , SEKOLAH
Mana untuk makan temani rebusan singkong dan pisang
Hidangan dari ibuku
Hari itu dan seturusnya kami berbagi kisah
Malam ini,
Kuputar kembali pita syair ini ditemani seekor kupu-kupu
Yang hadir sejak kemarin
(apakah ini symbol kehadiran
alhmarun saudariku Agnes?)
***
Di sini dalam kesendirian aku menulis tentang rindu ini
Tentang Hasrat jiwaku
Tentang Cita menggelora
Di sini aku menulis kembali
Tentang Puisi di atas Bukit Batu dan Nyanyian Gelombang
Pantai Selatan
Tuhan terima kasih atas kisah yang telah aku ukir
Atas langkah yang telah aku tapaki
Atas jarak yang telah aku tempuh
Atas kisah yang aku tulis
Atas cerita yang aku bacakan
Atas waktu di dalamnya aku merenung
Dan atas Napas yang Engkau Berikan
***
Aku rapuh
Di Beranda Mu
Aku bersujud pasrah
Kutitip doa buat ayah dan Ibu
Buat saudara-saudariku
Ijinkan aku kembali melangkah
Menjadi alat Kasih Mu
18 Juni 2013,
Uran Oncu
No comments:
Post a Comment