Saturday, 17 August 2013
Kemerdekaan di Waduk Pluit
Label:
Berita
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
Wednesday, 14 August 2013
Puisi dari Kamal Muara
Label:
#kamal muara#
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
Thursday, 8 August 2013
Memahami Pluralisme
Mahasiswa Amerika belajar pluralisme di Unair
Sabtu, 15 Juni 2013 07:28 WIB | 1883 Views
Pewarta: Edy M Ya`kub
Khusus di Surabaya, mereka belajar mengenai sejarah yang membentuk masyarakat Surabaya sebagai masyarakat demokratis dan pluralis,"
Berita Terkait
Galeri Terkait
Video Terkait
Kunjungan dalam rangka belajar tentang pluralisme dan demokrasi beberapa daerah di Jawa Timur pada 11-15 Juni 2013 itu diikuti enam mahasiswa Indonesia dari Unair, UI, dan UGM, serta enam mahasiswa Amerika dari Lehigh University dan University of Michigan.
Kedatangan rombongan USIPP itu disambut hangat oleh jajaran pimpinan Unair. Selama di Surabaya, rombongan menjalani berbagai kegiatan yang disiapkan oleh International Office and Partnership (IOP) Unair.
"Khusus di Surabaya, mereka belajar mengenai sejarah yang membentuk masyarakat Surabaya sebagai masyarakat demokratis dan pluralis," kata dosen Fakultas Ilmu Budaya Unair, Diah Ariani Arimbi PhD, yang memberi kuliah singkat tentang `Cultural diversities in Surabaya` kepada peserta USIPP.
Para peserta juga bertemu dengan penulis buku `Sejarah Surabaya` Dukut Widodo untuk berdiskusi tentang perjalanan Pluralisme dan Demokratis di Surabaya.
"Saya melihat bahwa Indonesia dan Amerika Serikat memiliki kesamaan dalam dedikasi masyarakat pada demokrasi dan multikulturalisme," kata Stacy Burger, pendamping peserta USIPP dari Amerika.
Ia menyatakan masyarakat Indonesia dan Amerika juga memiliki pandangan yang sama mengenai demokrasi dan kebebasan bicara.
"Saya merasa senang bisa mengunjungi Indonesia, karena di negara kami banyak yang tidak tahu bahwa masyarakat Indonesia juga selalu berupaya untuk menegakkan multikulturalisme dan pluralisme," katanya.
Selain itu, dirinya juga menjadi tahu bahwa institusi pendidikan tinggi dan organisasi-organisasi keagamaan Indonesia sangat mendukung dan berupaya mempromosikan ide-ide multikulturalisme.
"Masyarakat Indonesia juga sangat terbuka pada keyakinan (multikulturalisme) itu," katanya.
Selain kunjungan ke Unair pada awal dan akhir kegiatan di Jatim itu, ke-12 peserta USIPP juga mengunjungi berbagai tempat seperti masjid, pesantren, gereja, sekolah seminari, dan biara.
Beberapa tempat yang akan menjadi tujuan kunjungan mereka antara lain Universitas Islam Pesantren Darul Ulum (Unipdu) serta Pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Masjid Cheng-Ho Pandaan dan Gereja Katolik Kepanjen.
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © 2013
Label:
Filsafat
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
Wednesday, 7 August 2013
PDI P, LAMARLAH DAHLAN IKHSAN atau MAHFUD MD
Media massa gencar memberitakan tentang peluang Jokowi untuk menjadi calon presiden RI periode 2014-2019. Karna tingkat elektabilitas Jokowi yang sangat tinggi mau tidak mau membuat si Amien Rais yang katanya tokoh reformis tetapi sebenarnya seorang yang bukan reformis, menjilat ludahnya kembali, ludah yang sudah terlanjur beku bercampur debu jalanan bahwa Jokowi presiden dan Hatta jadi wakil. Ya. Seorang yang menyerang Jokowi waktu pemilu Gubernur berbalik sekian ribu derajat hanya untuk kepentingan pragmatis. Amin…aminnnnnn, ya amin saja anak negeri ini karna kau bukan panutan bagi generasi mudah hanya sepotong pecahan kaca untuk melihat kebelakang.
Selain Amin, partai Demokrat pun tidak ketinggalan. Bukan untuk membangun wacana koalisi tetapi berupaya menjatuhkan citra jokowi melalui isu-isu sempalan dan bertindak seperti ibu-ibu RT yang suka cari kutu sambil membicarakan , menjelekan nama orang. Isu dangkal dari Fitra tentang dana Blusukan coba digunakan untuk menggoyangkan Jokowi tetapi sangat kasihan, Jokowi menghadapi dengan senyum. Bahkan Basuki melontarkan sindiran, kalau takut dengan pemilu 2014 tidak usaha menggunakan isu murahan.
Soal isu murahan, public pun disajikan sosok ARB yang tingkat elektabilitasnya sangat rendah. Namun tetap ngotot. Kubuh Golkar mencoba memaketkan Jokowi sebagai wakil ARB..wahhhhhh..mimpi di siang bolong. Akbar Tanjung telah mengingatkan ARB bahwa kalau elektabilitasnya masih rendah dan tetap jalan di tempat maka Golkar harus mencari figur lain menggantikan ARB.
PDIP Masih diam.
Strategi Politik PDI P yang masih diam, menungguh pemilu 2014 menjadi sebuah seni yakni seni penantian. Semuanya ada di tangan Ibu Megawati. Dalam diam Megawati dan PDI P melakukan refleksi, bahkan mungkin tapa dan puasa agar diberi kemampuan dan kebijaksaan untuk mengusung calon. JIka diamnya Megawati untuk tujuan ini bukan karna ambisi untuk maju lagi maka ini merupakan sebuah ziarah batin PDI P agar memberikan terbaik bagi bangsa ini.
Terbaik tidak harus dari dalam Partai.
Memberi yang terbaik sebagi calon presiden tidak harus berfokus pada kader partai. Mencermati kader PDI P saat ini yangmempunyai peluang untuk maju sebagai Calon Presiden hanya Jokowi. Selain itu tidak ada lagi. Namun Jokowi bersama Ahok baru memulai karya penatalayanan mereka di DKI. Publik DKI dan Nusantara menaruh harapan pada Jokowi-Ahok untuk menjadikan Jakarta sebagai Ibu Kota –Jakarta Baru yang membanggakan dan dapat bersaing dengan Ibu Kota Negara lain sekaligus sebagai Barometer Reformasi yakni pemerintahan yang bersih, tidak korup, berpihak pada rakyat.
Penulis berharap agar Jokowi tetap pada keteguhan nuraninya untuk menyelesaikan karyanya satu periode ini bersama Ahok. Dan seandainya Megawati memahami dan dengan kebesaran jiwa menerima komitmen Jokowi ini maka kebesaran jiwa itu pulah seharusnya mendorong Megawati untuk melihat calon lain di luar partai.
Ada tokoh yang bersih, bersahaja, kerja keras yakni Dahlan Ikhsan dan Mahfud MD. Melamar Mahfud MD maka PDI P berkoalisi dengan PKB tetapi mengingat sejarah Gus Dur di awal bersama Megawati sampai pelengseran Gus Dur, Megawati dan PDI P mempunyai peran yang teramat besar untuk proses pemecatan ini. Tetapi sekali lagi Politik itu tidak abadi.
Dahlan Ikhsan, tokoh bersih, bersahaja, kerja keras tetapi tidak punya kendaraan Partai. Sangat kasihan jika Dahlan diusung oleh Partai terkorup yakni PD karna Ia akan terjebak untuk memenuhi nafsu para politisi PD.
Seandainya Megawati menyempatkan waktu membaca tulisan-tulisan di Kompasian (ngarap, hahaha) maka penulis mengusulkan “Lamarlah Dahlan Ikhsan atau Mahfud MD untuk dipaketkan dengan Prabowo. Mengapa ?
Ø Indonesia butuh pemimpin yang tegas dan public menaruh harapan pada Prabowo
Ø Hasil Survey menunjukan pososi Prabowo di no 2 sesudah Jokowi
Ø Statemen Gerindra, Prabowo hanya periode 2014-2019
Ø Dan ini berkaitan dengan strategi Gerinda menyiapkan Jokowi di periode 2019
Ø Gerinda membuktikan diri bahwa memberi terbaik bagi bangsa tidak harus ngotot kader partai tetapi figure yang bersih dan berani seperi Ahok.
Gerindra dan Prabowo membuktikan bahwa kompromi politik yang dilakukan harus murni untuk kemajuan bangsa bukan untuk bagi-bagi kue seperti yang dilakukan oleh SBY dalam koalisnya.
Gerindra dan Prabowo membuktikan bahwa kompromi politik yang dilakukan harus murni untuk kemajuan bangsa bukan untuk bagi-bagi kue seperti yang dilakukan oleh SBY dalam koalisnya.
Banyak orang berteriak bahwa ini waktunya bagi Jokowi menjadi RI 1. Beta pun menuliskan harapan ini “ PDI P lamarlah Dahlan Ikhsan atau Mahfud MD dalam Koalisi dengan Gerinda”. Kenapa tidak?
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
Simon And Garfunkel (playlist)
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
The Sound of Silent
by
Simon And Garfunke
Hello
Darkness
My
old friends
I’ve
come to talk with you again
Because
a vision softly creeping
Left
its seeds while I was sleeping
And
the vision
That
was planted in my brain
Still
remains
Within
the sound of silence
In
restless dreams I walked alone
Narrow
streets of cobblestone
Neath the halo of a street lamp
I
turned my colour to the cold and damp
When
my eyes were stabbed
By
the faslh of a neon light
That
split the night
And
touched the sound of silence
And
in the naked light I saw
Ten
thousand people, maybe more
People
talking without speaking
People
hearing without listening
People
writing songs
That
voices never share
And
no one dared
Disturb
the sound of silence
Fools,said
I you do not known
Silence
like a cancer grows
Hear
my words that might I teach you
Take
my arms that I might reach you
But
my words
Like
silent raindrops fell
And
echoed
In
the wells of silence
And
the people bowed and prayed
To
the neo god they make
And
the sign flashed its warning
In
the words that it was forming
And
the sign said”the words of the prophets are written on the subway walls
And
tenement halls
And
the whispered in the sounds of silence
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
Monday, 5 August 2013
Memahami Pluralisme
Label:
Demokrasi,
Pluralisme,
Toleransi
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
Friday, 2 August 2013
Mengenal Tanaman Sorgum
Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/11/07/1248116/Budidaya.Sorgum.Cocok.di.NTT
Budidaya Sorgum Cocok di NTT
Penulis : Frans Sarong Rabu, 7 November 2012 | 12:48 WIB
Petani di Desa Keongan, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, memanen sorgum, Senin (24/9/2012). | KOMPAS/ADI SUCIPTO
2
0
0
KUPANG, KOMPAS.com -- Niat pemerintah membudidayakan sorgum (Sorghum spp) dinilai sangat cocok untuk kawasan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Alasan kuatnya karena rata-rata pulaunya merupakan daerah kering hingga gersang, karakter kawasan yang sangat ideal untuk tanaman tersebut.
"Sorgum tidak cocok untuk lahan basah. NTT nyaris tidak menyisakan lahan basah sehingga sorgum sangat cocok dibudayakan di daerah ini," kata guru besar pertanian lahan kering dari Fakultas Pertanian Universitas Negeri Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nyoman Mahayana, Rabu (7/11/2012).
Mahayana diminta komentarnya terkait pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan ketika berkunjung di Desa Prambon, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Minggu (4/11/2012). Saat itu Dahlan mengungkapkan jajarannya berniat pengembangan sorgum secara nasional tahun 2013. Dengan target areal tanam awalnya 15.000 hektar, sorgum akan dibudidayakan di sejumlah daerah, termasuk di Sumba, NTT.
Menurut Mahayana, selain cocok dibudidayakan di NTT, sorgum bukan tanaman baru bagi warga setempat. Petani setempat sudah mengenal tanaman itu sejak nenek moyang mereka, meski belakangan terkesan langka setelah kalah bersaing dengan beras.
"Sorgum adalah bahan pangan bermutu tinggi. Saya sangat setuju jika sorgum menjadi tanaman pangan utama di NTT," ujarnya.
Sorgum adalah tanaman semusim yang serbaguna. Selain merupakan sumber pangan, sorgum dapat digunakan untuk pakan ternak dan bahan baku undustri. Khusus sebagai sumber pangan, sorgum menempati urutan kelima dunia setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sementara di Asia Selatan dan Afrika, sorgum merupakan bahan pangan pokok.
Editor : Nasru Alam Aziz
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
Potret Pariwisata NTT
Tulisan ini saya copy dari berita harian Kompas online.
Semoga bermanfaat bagi pengunjung dan pembaca blog ini dan ini sekaligus sebagai proses pengarsipan berita berkaitan dengan NTT
Walhi: Sail Komodo, Rakyat NTT Hanya Jadi Penonton
Penulis : Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere Jumat, 2 Agustus 2013 | 10:12 WIB
Perhelatan Sail Komodo 2013 membawa dampak terhadap perubahan kehidupan sosial dan ekonomi Nusa Tenggara Timur. | HBA
13
33
0
KEFAMENANU, KOMPAS.com — Penyelenggaran Sail Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dimulai sejak 27 juli 2013 sampai 14 September 2013 mendatang, ditanggapi secara pesimistis oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT.
Direktur Walhi NTT Heribertus Naif kepada Kompas.com, Jumat (2/8/2013) pagi mengatakan, event Sail Komodo kali ini tidak terlihat jelas adanya peranan rakyat NTT. Bahkan, menurut Heribertus, rakyat hanya sebatas jadi penonton saja.
Heribertus menggarisbawahai, model dan proses yang dilakukan dalam kampanye pariwisata yang terurai dalam Sail Komodo ini adalah pilihan antara industri pariwisata yang didorong oleh kekuatan-kekuatan pasar dan pembangunan pariwisata yang dipimpin oleh negara dalam kerja samanya dengan pihak swasta.
Pilihan ini, menurutnya, dipengaruhi oleh paradigma pembangunan yang diadopsi oleh suatu negara, akan tetapi juga tidak lepas dari pengaruh konfigurasi yang melingkupinya, khususnya kecenderungan globalisasi dan liberalisasi yang agaknya menjadi alur pikir dominan pada saat ini.
“Karena itu, semestinya pariwisata NTT dilandasi pada sebuah kajian yang komprehensif dalam mewujudkan pariwisata yang prorakyat dan lingkungan. Model pariwisata yang hendak dikembangkan di NTT semestinya diawali dengan kajian dan disosialisasikan kepada publik agar kemudian tidak saling mempersalahkan antar ,” sambung Heribertus.
Menurutnya, pariwisata NTT mestinya belajar dari pariwisata di Pulau Bali yang hampir sebagian besar aset pariwisata dikuasai oleh asing. Bila tidak, NTT pun akan dililit pada permasalahan yang sama. Artinya gurita kapitalisme pariwisata terus menyebar ke NTT.
Dia menilai, kecenderungan pariwisata di banyak tempat pada umumnya adalah mengacu pada pemikiran konvensional yang mana menyerahkan pembangunan pariwisata pada mekanisme pasar dan dengan demikian memberi peranan yang lebih besar pada sektor swasta.
"Lalu pertanyaaan dimanakah peranan rakyat NTT dalam sektor pariwisata? Apakah mereka hanya sebatas menjadi penonton terhadap berbagai aktivitas pariwisata. Bila dari awalnya saja, peranan rakyat tidak terlihat, tidak heran pula kalau rakyat Indonesia dan NTT menjadi penonton pariwisata,” beber Heribertus.
Heribertus juga mempertanyakan jika Sail Komodo ini sudah dilandasi pada sebuah kajian yang komprehensif untuk melihat seberapa jauh daya dukung lingkungan dan fasilitas. Karena tentunya pariwisata membutuhkan kapasitas air yang banyak, lahan yang luas agar bisa mendukung efektifitas pariwisata itu sendiri.
"Apabila tidak dikendalikan dan dikuasai, industri pariwisata akan dapat menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan dan sosial,” katanya.
Heribertus menambahkan, interaksi yang tidak terkendali di dalam mekanisme pasar pada akhirnya akan dapat melampaui batas daya dukung kawasan wisata sehingga akan mengganggu keberlanjutan wisata, karena timbulnya posisi monopolistik swasta maupun negara dalam dunia pariwisata.
“Dalam pariwisata, Pulau Dewata ada suatu nilai yang kuat di sana bahwa budaya Bali tetap dipertahankan sekalipun budaya dan kearifan itu dimobilisasi untuk sekadar mendukung pariwisata yang ada. Dalam konteks NTT, kami khawatir bahwa hadirnya pariwisata akan perlahan-lahan mengikis habis budaya dan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat NTT,” terangnya.
Karena itu, lanjut Heribertus, bisnis pariwisata hendakya diawali dengan pembangkitan kesadaran akan pentingnya mempertahankan nilai dan budaya lokal yang dimiliki warga NTT. Agar dengan masuknya nilai-nilai dan budaya luar yang dibawa wisatawan, tidak mengikis pergi budaya dan nilai yang dimiliki di NTT.
Editor : Farid Assifa
Berita Terkait
Sambut Sail Komodo, NTT Gelar Lomba Perahu Tradisional
Timor Tengah Utara Belum Siap Jadi Destinasi Sail Komodo
Rumah Warga di Labuan Bajo Perlu Direhabilitasi
Polisi Larang Judi Saat Sail Komodo
Diusulkan, Hotel Terapung untuk Peserta Sail Komodo
Topik Pilihan:
Label:
pariwisata NTT
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
Wednesday, 31 July 2013
Foto-Foto Budaya
Label:
Lewotobi,
Patung Wulu
seorang Petani yang menggeluti kajian sosial budaya. Insiator Pembangunan Desa Berbasis Budaya di Desa Lewotobi Kecamtan Ile Bura. Penulis Buku Di Balik Kesunyian lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri
Subscribe to:
Posts (Atom)