Sunday 23 June 2013

PRJ DI MONAS, SEBUAH PROSES SPIRITUALITAS PEMBANGUNAN YANG BERTRANSFORMATIVE

Tanggapan atas tulisan Rahmad Agus Koto dan Zen Muttaqin

Setelah tiga hari mengasingkan diri di puncak bukit, hari ini saya kembali menelusuri tulisan-tulisan di Kompasiana, membaca tulisan-tulisan dari para guru yang hadir memberikan pencerahan dengan gayanya berbeda. Sekali lagi tulisan tentang Jokowi- Ahok sangat menarik untuk ditelusuri, dipahami. Dua artikel tentang Gebrakan Jokowi-Ahok dari Rahmad Agus Koto dan Zen Muttaqin sangat menarik bagi saya untuk mengulasanya.

Wednesday 19 June 2013

MENJANGKAU ANAK-ANAK DENGAN BUKU

dikutip dari Kompas.


TM Grup Luncurkan Perpustakaan Keliling

  • Penulis :
  • Videlis Jemali
  • Senin, 27 Mei 2013 | 20:30 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Tokio Marine Grup meluncurkan program tanggung jawab sosial perusahaan dengan meluncurkan perpustakaan keliling di Penjaringan, Jakarta Utara. Ikhtiar tersebut diharapkan membangkitkan meningkatkan minat baca anak dan masyarakat.
Tokio Marine (TM) Grup terdiri atas Tokio Marine Asia Pte, Ltd, PT Asuranso Tokio Marine Indonesia (TMI), dan PT Tokio Marine Life Insurance (TMLI). Dalam kegiatan sosial tersebut, TM Grup menggandeng Wahana Visi Indonesia (WVI).
Kecamatan Penjaringan dipilih sebagai lokasi penerima bantuan, karena daerah menjadi salah satu permukiman padat penduduk yang dihuni hampir 5.000 jiwa per kilometer persegi. Kecamatan Penjaringan juga termasuk salah satu area yang menyatakan komitmennya, untuk mendukung upaya mewujudkan Jakarta sebagai kota layak anak.
CEO TMLI, David J Beynon, menyatakan, pengadaaan perpustakaan keliling bertujuan meningkatkan minat dan budaya baca di kalangan anak-anak yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat. "Kami senang dapat menjadi perusahaan asuransi pertama di Indonesia yang mengadakan program perpustakaan keliling ini, dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua," katanya, pada saat peluncuran program di Penjaringan, Jakarta, (27/06/2013). 
Chariman Director TMI, Josef Gunawan Setyo, menambahkan, melalui perpustakaan keliling, pengetahuan dan literasi anak diharapkan meningkat. Selain itu, program menyediakan berbagai aktivitas lainnya, seperti belajar sambil bermain, membacakan buku cerita, kegiatan menggambar dan mewarnai.
National Director WVI, Tjahjono Soerjodibroto, mengapresiasi kepedulian TM Grup. Menurut dia, perpustakaan keliling tersebut menjadi jawaban yang tepat untuk kebutuhan edukasi dan hiburan anak-anak di kawasan Penjaringan, karena lebih fleksibel mengakses gang-gang sempit dan macet.
Untuk fasilitas perpustakaan keliling tersebut, TM Grup dan WVI menyediakan dua unit sepeda motor guna membawa buku-buku bacaan. Program ini mulai beroperasi sejak diresmikan. Perpustakaan keliling akan beroperasi setiap hari Senin-Jumat, pukul 09.00-18.00 di berbagai lokasi di Penjaringan secara rutin.
Buku-buku yang disediakan adalah buku pelajaran, buku cerita anak,dan majalah anak dengan rentang usia yang bervariasi. Secara berkala, buku-buku yang disediakan akan dirotasi dengan buku-buku baru agar anak-anak tidak jenuh dan minat baca terjaga.
Untuk menjaga kualitas perpustakaan keliling selama satu tahun mendatang, TMGrup dan Yayasan WVI telah memiliki agenda kegiatan rutin yang mencakup jadwal operasional, kegiatan bersama sukarelawan dari TM Grup.
Petugas perpustakaan keliling juga diberikan pelatihan, untuk mengajak anak-anak ikut serta dalam beberapa kegiatan sederhana,seperti membacakan buku cerita, menggambar dan mewarnai agar kegiatan sehari-hari akan menjadi lebih menarik dan bervariasi.
Editor : Agus Mulyadi

Tuesday 18 June 2013

Tarian Petani

engkau kusapa di penghujung hari ini
rindu mendengar, sebait kata tertenun di pelataran jiwa
bait-bait rindu berpadu cahaya, remang
****
sosok bayangmu muncul
bawakan tarian musim panen
di pigura waktu berhampar jerami
kau jejaki tapak bawakan tarian
melepas bulir dari batang
***
tarianmu sore ini
merentang jarak dari panggung
dan bangku tempat aku duduk
aku rindu
rindu menantap tarianmu….
buat gadis yang kusapa N….

Monday 17 June 2013

AKU TELAH MENEMPUH SEKIAN JARAK

Kunjungan anak-anak sambil berdoa di rumah kami, Hari Perayaan Tiga Raja, Januari 2013



Tidak ada kaset lagu. Kubuka you tube dan mencari sebuah judul lagu sembari menanti detak waktu, perpaduan hari, saat hari ini mengulur tangan menyapa empunya hari esok. Di Doa Ibuku Namaku di sebut.

***
Sembari menatap potret tua,
berlukiskan sekian guratan garis di kening mereka,
 berhiaskan uban putih lukisan warna senja kehidupan,
sebaris senyum dari kepasrahan berjuntai untai Rosario di tangan tua
Garis waktu membentang sekian jarak, waktu yang telah aku tempuh
Kerapuhan gerogoti imanku namun titipan doanya
Di setiap sudut waktu tanpa letih melantunkan pasrah Iman
Kuatkan langkahku, sadarkan aku akan kekinian
Ia yang berbagi cawan bersamaku
Ia yang berbagi sepotong roti bersamaku
Ia yang jantungnya berdegub bersama deguban jantungku
Ia yang bersamanya aku terlelap, tenang dalam mimpi kecilku
Ia yang kini tanganya tidak kuat lagi merangkul lesung
Tempat menumbuk padi
Ia yang tanganya telah gemetaran menenun sarung

Merajut setiap helai berbingkai potret warisan leluhur

Live Streaming || tvOneNews --: Live Streaming tvOneNews -- Memang Beda --

Live Streaming || tvOneNews --: Live Streaming tvOneNews -- Memang Beda --

Sunday 16 June 2013

PADRE MARCO: MARI MASUK RUMAH TUHAN - BY P. RIKI TUKAN

KITA TELAH MEMBACAKAN PUISI INI


sekian waktu pergumulanmu
menoreh waktu lepaskan pedih rindu
lepas bebas diam
tapi rindu itu tetap ada
terus menemanimu

hari ini engkau memulai lembaran baru
menatap hidup 
kudengar kisahmu terpotong deru bajai
di ujung waktu surahmu terserak
menyeret hasrat meniti buku-buku


Wednesday 12 June 2013

Jeremy Teti Nyanyi! - BBM CAMPURAN (Speech Composing by @EkaGustiwana)

Belajar pada Kisah Karna

KARNA BERANDA KITA BERBEDA

Senja ini kuketuk pintu rumahmu,
di beranda aku berharap.
sekian lama cemas melandaku
sekian waktu sepi meyisahkan sunyi di sudut jiwa


pintu itu diam karna diam
tidak terbuka karna hanya ada satu ganggang
terkunci dari dalam


kulepas sunyi dari kesadaran
beranda ini bukan untukku
maaf sendal jepitku telah mengotori istanamu


aku kembali ke pondokku
membawa pulang mawar dari ladangku
mekar nan harum
ada setangkai di bekas kaleng
bunga hutan berwarna pelangi


kupikul bawaan ini
kususuri petak ladangku
aku sadar
ini bunga tempatnya di ladang
bukan di istanamu
karna keindahan alam tidak mampu kau sandingkan
dengan lukisan cat di pigura kolam renangmu


dan hasrat gita Cinta Sang Petani tak mampu
dikalahkan dengan selembar kertas bersertifikat
karna aku petani
manusia bebas
kekinian diriku bersama alam
hidup dalam kesederhanaan


beranda kita berbeda
warna berpadu garis memisahkan jalan kita

dan
aku tidak menyesal membawa pulang mawar ini.

….
untukmu, sahabatku….

Uran Oncu
12 Juni 2013

Sunday 9 June 2013

Dibakar, Jadi Buta, Terberkati

Dibakar, Jadi Buta, Terberkati

BERAPA HARGA DIRI SAYA.

Artikel ini adalah Artikel Bapak Tjiptadinata Effendi, seorang Kompasianer yang saya kagumi. Tulisannya sungguh menginspirasi. Di tulis di Kompasiana (http://filsafat.kompasiana.com/2013/06/06/berapa-harga-diri-saya). Saya mengcopy artikel ini untuk permenungan saya  di blog saya dan jika para sahabat kunjung di Blog ini, jangan lupa klik ke link Kompasiana untuk membaca karna di sana ada foto-foto beliau.


Semoga Bermanfaat.


Segala sesuatu didalam hidup kita ada harganya.
”Harga” disini tentunya tidak se-mata mata dimaksudkan dengan nilai sejumlah uang. Seperti kalau kita mau membeli sesuatu di toko atau membeli mobil di show room.Berapa harga dari sebuah barang atau properti,tergantung pada pemiliknya. Ada yang mau membeli atau tidak ,adalah urusan lain.
Semakin berharga sesuatu dimata orang, semakin tinggi nilai jualnya. Ada sejuta contoh yang dengan mudah dapat kita saksikan dalam kehidupan se hari harian. Misalnya harga emas,pasti jauh lebih mahal dari pada perak. Sebuah jam Rolex , bisa nilai jualnya mencapai 500 kali dari hari jam biasa. Emas 24 karat ,jelas jauh lebih tinggi nilainya atau harga jualnya dibanding emas 18 karat.
Manusia juga punya “harga jual “ masing masing.Namun alangkah tidak etisnya bila manusia di beri label harga seperti halnya sebuah barang. Maka kata “harga jual” di perhalus dengan kata “harga diri”

Saturday 8 June 2013

Parse HTML


© Suriyadi.blogspot.com | Get This Widget

‘PEJABAT YANG PECUDANG ..sambungan dari artikel PECUDANG

Kasus pemukulan Pramugari Sriwijaya Air oleh si pelayan negara yang dibayar oleh rakyat termasuk Pramugari melalui pajak, yang katanya pelayan negara ini disebut dengan PNS atau Birokrat (maaf  belum ada titik), memperlihatkan Budaya Preman di kalangan Pejabat yang katanya-katanya Pejabat Publik yang katanya-katanya Pelayan Rakyat, yang katanya-katanya memahami hukum……
wahhhh capek juga kalau terus mendengar “katanya-katanya” mendingan plokkkkkk, seperti si Pejabat sok Ahlim dan berkusa ini memplokkk si Pramugari…
Plokkk yang pertama:

Pemda Lembata Tolak Konservasi Ikan Paus - Pos Kupang

Pemda Lembata Tolak Konservasi Ikan Paus - Pos Kupang

PECUDANG

Ketika pecudang mengunjungi berandamu
ia tidak punya kata yang tepat membingkai pertanyaan dari pertanyaan
jawaban lahir dari kegagapannya
pecudang hanyalah pecudang
tidak tau jawaban
yang ada hanya menertawakan kekonyolan dirinya
bersembunyi di balik kata orang lain
pikirnya ia benar
tapi
ia tidak sadar
bahwa
Ia sedang Mabuk....

read more

Kenny Rogers & Anne Murray - If I Ever Fall in Love Again

Friday 7 June 2013

DUA SISI KEHIDUPAN


     DARI SEPENGGAL CATATAN HARIAN ANAK PETANI



Sumber Foto:Flexmedia



Sepanjang malam ia menatap hamparan ladang
bak permadani dibingkai bulir-bulir padi diam tertunduk. 
Berderet tanaman jangung terurai rambut 
dari ujungnya, bergemericik di sapa angin gunung. 
Sesekali terdengar gongongan anjing 
di ujung bukit menyapa lembah,
dan tarian burung malam teruskan pesan. 
Sesekali ia menarik pelan, sedalam rindunya,
 hela napas perjuangan. Kepulan asap rokok dari daun lontar
 temaninya mengusir sepih,
 asap putih terobosi remang cahaya malam.

aku tidak tau kapan ia bangun dari tidurnya, 
juga tidak tau kapan ia letakan tubuh tuanya 
di atas papan tua warisan sekian generasi.
 Sesekali ia dendangkan lagu lama, kata ibuku,
 itu lagu yang dulu sering ia nyanyikan agar aku cepat terelelap dalam mimpi. 


aku terjaga saat tangan tuanya goncangkan kesadaranku, 
pisahkan tubuhku dari mimpi, 
bahwa hidup harus dimulai. 
Ufuk timur masih gelap gulita, 
belum ada tanda-tanda mentari bersiul di pucuk embun.
 angin darat terus bertiup
 kembangkan perahu nelayan,
 melepas jangkar menakar waktu sejauh ia berlayar. 
Kami bergegas menyusuri petak. 
tertatih berjalan di remang rembulan, 
kuikuti bayangannya hildang di telan gelap pepohonan. 
namun tidak butuh waktu lama karna ia cepat sadar menantiku, 
menuntun aku.


*************

aroma laut tercium, 
suara gemuruh pantai selatan gelorakan jiwa.
 Kukayu dayung pada hitungan waktu saat gelombang menepih.

sejauh angin darat kembangkan layar,
 biduk kami terombak di kesunyian pagi.
 Kemilauan garis waktu di pelataran laut tuntun tanganya, 
mengulur lepas tali pancing.
 Menanti diam. 
tidak lama pancing tersambar, 
dengan cekat tanganya bergerak
 merengkuh berkah dari Tuhan. Satu, dua, tiga dan seterusnya...

kami pulang membawa ikan...
tak lupa ia pisahkan ikan yang sedang mengandung telur
usap pelan sebelum melapas kembali...

tanyaku, kenapa ayah dilepas kembali

ya agar hidup itu tidak punah,
hidup itu harus dijaga...

*********
saat gadis desa menyibak embun menuju sumur
kupapas di serambi mimpi terisah di malam tadi
ia terpanah 

tubuh kecilku terseok memanggul
sembari kusiul rindu mengoda 

kami berpisah di lorong berbatu
kuayun langkah menuju ladang
ia bergegas menuju sumur

*********************

hari masih pagi...
hamparan ladang menanti...
sembari kunikmati ikan bakar
bersama ayah dan ibu

kugoreskan sepenggal puisi di sudut gubuk
tentang senyum indahnya

tak lupa kunikmati hidup ini
sebagai petani 
sebagi nelayan
dua sisi kehidupan
bergelora dalam jiwaku.


Panorama di Pantai Selatan Lewotobi, Ilebura Flores-NTT


Uran Oncu

Anak petani bermimpi besar

Thursday 6 June 2013

Basuki TP (Ahok) RDP Komisi II DPR RI

Wednesday 5 June 2013

PENDIDIKAN NTT, ABAIKAN KURIKULUM NASIONAL KUATKAN MUATAN LOKAL

Harian Kompas menurunkan berita yang sangat menyentak nuraniku  dengan judul "

Di NTT, 1.992 Siswa Tidak Lulus UN (Kompas, 02 Juni 2013).


dan hari ini aku mendapat sebuah artikel berjudul "Asnat Bell, guru Honorer NTT, 10 Tahun mengabdi , hanya bergaji 50 ribu/bulan".

Dua artikel ini mewakili sekian artikel yang menyuarahkan tentang keprihatinan atas wajah pendidikan khususnya di Wilayah NTT. Stigma NTT yang miskin menegaskan bahwa dunia pendidikan pun "miskin". Memahami realita ini saya mencoba mengulasnya dalam dua sudut padang sebagai orang NTT.

NTT BUKAN MISKIN

NTT, bumi Flobamora menyediakan potensi yang sangat beragam, namun warga NTT masih gagap dalam mengelola dan menyajikannya sebagai sebuah modal untuk pembangunan. Kegagapan ini karna minimnya pengalaman dan pendidikan yang berorientasi pada pengenalan tentang Budaya Nasional, budaya daerah lain sedangkan budaya di kampung sendiri terlupakan.

Tahun 80-an saat penulis masih di bangku SD dan SMP, para siswa baik SD maupun SMP diwajibkan menghafal tentang budaya-budaya di luar NTT, menghafal tentang Susunan Kabinet, menghafal tentang butir -butir Pancasila, menghafal peta buta, di mana letak penambangan batubara. Dan hasil hafalan ini dilombakan setiap tahun melalui lomba mata pelajaran antar SD sampai tingkat Kabupaten.

Usia SD saat itu, penulis dan sekian banyak putra-putri NTT tidak terlalu memahami tentang dampak dari model pendidikan seperti ini. Satu hal yang sangat lucu, anak-anak NTT disuruh menghafal tentang budaya Jawa, Sumatera, mengenal wilayah lain di luar NTT sedangkan warga Sumatera, Jawa tidak tahu di mana letak NTT. Ada yang bertanya, NTT itu dekat Papua, atau di mana. dan saya jawab NTT itu dekat dengan Australia. Di lain kesempatan saya jawab NTT itu dekat surga. (dari pada beri jawabn yang benar lebih baik buat mereka penasaran, heheheheh)

Terlepas dari muatan kurikulum saat itu, penulis sangat bersyukur karna para pendidik di SD dan SMP terus menekankan tentang pentingnya para siswa mencintai pekerjaan (saya lebih suka disebut Profesi) sebagai Petani, Nelayan atau peternak. Ini design dengan jelas dalam kegiatan ekstrakurikuler di mana setiap SD dan SMP memiliki kebun sekolah. Melalui kegiatan bercocok tanam, menangkap ikan, beternak, kami dibekali tentang makna hidup yakni " Bekerja".

Design kegiatan ekstrakurikuler yang diterjemahkan oleh SD, SMP di NTT bagi penulis merupakan sarana yang sangat efektif dalam menumbuhkan semangat mencintai  warisan budaya. Namun design kegiatan ekstrakurikuler ini (saat ini disebut muatan lokal) belum dirancang secara sistimatis, terintegrasi, berkolaborasi dengan pihak-pihak lain apalagi sampai pada tahapan penerapan teknologi tepat guna.

Para pendidik di NTT bagi penulis menyadari akan kekurangan dari muatan kurikulum  yang tidak berpihak pada potensi lokal. Akibatnya, proses pengajaran di sekolah hanya menekankan untuk mendapatkan nilai yang baik dan lulus ujian akhir. Para pendidik tidak memiliki daya tawar yang kuat untuk menyuarahkan ketimpangan ini karna keterbatasan akses informasi dan transportasi. Yang hanya bisa mereka lakukan adalah mengajar dalam Totalitas, sungguh-sungguh mengajar sebagaiman peran yang dimainkan oleh Ibu Asnat Bell.

Totalitas pemberian diri dalam pengabdian bukan merupakan  wajah kemiskinan tetapi ini menegaskan tentang "Kekayaan Spiritual Kemanusiaan NTT". Pertanyaan, apakah berhenti hanya pada pengakuan ini?.

Bagi penulis, wajah pendidikan NTT yang dibiarkan terus terkebelakang sepertinya didesign dengan sengaja agar NTT tetap tinggal dalam bingkai Kemiskinan. Sehingga muncul istilah, NTT, Nanti Tuhan Tolong, atau Nasib Tidak Tentu atau...masih banyak. Meskipun "sengaja dibairkan seperti ini, Warga NTT tidak tinggal diam, mereka terus bergerak dan berjuang, dari keterbatasan mereka hadir memberikan diri dalam totalitas bagi Nusantara. Ada tokoh  yang menegaskan hal ini, yakni Frans Seda, Ben Boy, Sony Keraf dan masih banyak tokoh 

NTT MENJADI MISKIN KARNA PEMERINTAH YANG KORUP.

Kesadaran tentang pentinganya Pendidikan seharusnya menjadi Roh yang selalu menggerakan semua pihak khususnya pemerintah NTT. Namun kesadaran akan perubahaan tidak bisa berjalan efektif dan bersifat Transformatif jika jiwa para pemerintah telah dikuasai oleh sikap koruptif, nepotisme dan sukuisme. 
keterpasungan jiwa koruptif di kalangan birokarat, menyebabkan peyelenggaraan dunia pendidikan NTT tidak menyentuh pada substansi pendidikan tetapi sebatas pada upaya mengejar tingkat lulusan. 
Jika Roh pendidikan yang bertransformatif sungguh kuat dalam pemahaman pemerintah NTT maka akan lahir banyak terbosan-terobosan dalam dunia pendidikan yang lebih menekankan dan berorientasi pada budaya lokal agar pendidikan tidak tercabu dari warisab budaya.

Informasi tentang para guru Honorer tidak mungkin tidak didengar oleh pihak pemerintah. Catatan penulis menunjukan bahwa banyak tenaga honorer hanya menjadi ajang untuk merebut suara waktu pemilu. Seandainya pihak pemerintah menyadari pentinganya peran para guru Honorer maka upaya yang bisa dilakukan adalah :

1. Untuk para guru Honores difasilitasi untuk melanjutkanKuliah Terbuka agar Guru memiliki kompetensi dasar dan inti

2. Guru-guru dibekali kursus keterampilan yang lebih berfokus dan berorientasi pada pengembangan potensi lokal

3. Mendorong warga melalu komite sekolah atau Gereja agar menggalang dana  bagi para guru Honerer melalui sumbangan padi, jangung, umbi-umbian, Bagi penulis praktek no 3 ini selalu dilakukan oleh warga di wilayah penulis. dan ini merupakan kearifan lokal yang harus terus dikembangkan agar memiliki managemen yang lebih baik.

PENDIDIKAN NTT, UNTUK HIDUP ATAU UNTUK NILAI UJIAN ?

NTT dengan stigma propinsi termiskin dan terkorup harus berani melakukan terobosan. Wajah pendidikan NTT harus secepatnya dibenahi. Harus ada gerakan " Revolusioner" mulai dari beberapa sekolah target atau komunitas dan HARUS DIDUKUNG OLEH PEMERINTAH YAKNI, SEKOLAH PROFESI BERORENTASI PADA PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL. Gerakan Revolusioner artinya, abaikan Kurikulum Nasional, kuatkan Muatan Lokal. Hasil dari tamatan Sekolah adalah tenaga yang siap pakai untuk membangun NTT bukan menjadi Sarjana dengan sekian argumen dangkal, sarjana yang hanya menungguh masa test PNS dan akhirnya Sarjana yang akan mewarisi semangat korupsi berjemaat.

Perubahan wajah pendidikan NTT hanya menanti wejangan dari pemerintah pusat melalui UU sama halnya terus memelihara kemiskinan. Dengan keterbatasan tekonologi dan informasi, siswa NTT tidak dapat disanding dengan Siswa dari Sekolah unggulan di Jakarta dalam hal penerapan teknologi tetapi dari segi kualitas Siswa sebagai  Calon Pemikir, NTT merupakan ladangnya. Tapi ladang itu saat ini tidak digarap dengan baik, ladang itu dibiarkan tertutup oleh orientasi  merantau, orientasi pengagungan budaya Jawa, orientasi pada PNS.

Sudah waktunya, "abaikan kurikulum Nasional" dan kuatkan mutan Lokal. Hanya melalu cara radikal ini NTT akan cepat maju.

Non Scholae sed Vita Discimus... Kita Belajar bukan untuk Sekolah tapi untuk Hidup

Salam,

ruang kesunyian cakrawala  pencerahan, 05 Juni 2013


Maju Flobamoraku tercinta.

uRan oNcu

Sumber :








Tuesday 4 June 2013

NONA MASIH KECIL JANGAN CEPAT NIKAH

Paduan Suara Anak-anak SDK Lewotobi waktu misa


Rasa Rindu kampung halaman mendorong aku mendengarkan lagu-lagu Flores Timur di You Tube (maklum belum sempat beli kaset lagu). Cari yang originil tidak dapat, yang ada hanya bajakan semua. Jadi lebih baik dengar di You Tube. 

 Ketika mengetik lagu-lagu Flores Timur, muncul judul lagu "Nona Masih Kecil". Judul lagu ini sungguh menginspirasi aku karna berisi pesan moral, jangan cepat nikah karna nona masih kecil. 

Dalam irama dolo-dolo, pesan ini dikemas menarik dengan sentakan musik dan gerakan tarian yang dinamis. ketika pesan lagu ini disanding dengan realita, ada sekian kenyataan yang menunjukan betapa martabat anak perempuan direndahkan. Banyak kasus, pernikahan dini, anak dipaksa nikah demi ekonomi, anak dipaksa nikah demi sebuah relasi kekerabatan....anak masih kecil, harus bermain dipaksa hidup dalam "Keranda Kematian". 

 Nona masih kecil jangan cepat nikah, bukan sekedar syair lagu, bukan sekedar irama yang menyentak tapi dalam irama dinamis Dolo-dolo, kita dipanggil untuk menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia, anak-anak di desa, di kota agar mereka memiliki masa depan yang lebih indah...

 Mari kita berdolo-dolo demi sebuah perjuangan nilai-nilai kemanusiaan karna dengan menghadirkan dunia yang ramah bagi anak-anak kita telah meyibak tirai, penghalang bagi anak-anak untuk bertemu Dia Sang Kasih. 



irama musik ini dapat dibuka di link ini :







 Salam



Uran Oncu


Monday 3 June 2013

MENEPIS BAYANGANMU

aku merindukan dirimu dalam diam sendirian kulukisan harapan ini di waktu pagi kudekap erat di waktu sore tapi hanya bayangan aku sadar........ hidup bukanlah bayangan Hidup ada untuk kisah baru kisah kita telah lama hadir dalam kekiniannya untuk sebuah azah tak pernah pudar rindu terus menyala bak cahaya di gubuk tua di bukit batu aku menulikan kisah ini untukmu yang selalu kurindukan

Kenny Rogers - The Gambler (with lyrics)

Sunday 2 June 2013

SBY DAN PENGINGKARAN PANCASILA

Di bawah rindangan daun pohon sukun, di hadapan hamparan alam, laut tenang membentak luas, cakrawala menyibak tirainya, biarkan kecerahan menyapa Sang Pemikir, merenung dalam kekinian dirinya. Ia bersatu dalam alam, mendergarkan Gita Cinta Persada membisikan setiap kata. Ia terus datang, duduk dan merenung. Jiwanya tergoncang karna satu kata ” Cinta” buat Ibu Pertiwi. Cinta yang memampukan ia mendegarkan suara Nuarani bangsa ini, Cinta yang memampukan ia melepaskan diri untuk memberi dirinya, Total demi bumi Persada ini. Ia Soekarno hari ini diperingati dalam bingkai Lahirnya Pancasila Pancasila, dasar Negara ini gaungnya seperti hilang tertelan di tengah hiruk pikuk kepentingan sektarian, golongan, agama, partai. Para pemimpin bangsa, pemimpin parati, tokoh-tokoh golongan mengajarakan rakyat, bawahan dan pengikutnya tentang “keagungan” kepentingan diri dan kelompok”. Mereka mencabik dan mencampakan Pancasila. Nilai-nilai Pancasilah hanyalah untaian kalimat yang sudah ditidak menginspirasi lagi. Pancasila bukan lagi dasar Negara karna dasar Negara sudah diganti dengan dogma kelompok, AD/ART partai Poltik yang korup. Cinta dalam Totalitas bagi bangsa ini, warisan dari Sang Pendiri Bangsa, telah pudar dan hilang maknanya. Perterjamahan makna Cinta ini dikuatkan oleh Gus Dur dalam Spirit Pluralisme pun semakin tercabik-cabik karna Ia Pemimpin tidak memiliki Cinta pada Negeri ini. Kaum minoritas setiap saat hidup dalam ketakuatan, merasa terasing di negeri sendiri. Para petani di pedalaman Kalimantan, Sumatera terdepak dari warisan tanah leluhur mereka karna kehadiran para konglomerat yang mencaplok lahan ulayat dengan cara-cara korup. Kebebasan beragama tersandung oleh gerombolan-gerombolan yang mengatasnamakan agama dan pemerintah pun takut dengan mereka. Petisi penolakan SBY menerima penghargaan ACF menegaskan bahwa Ia SBY tidak mencintai Bangsa ini. Jika SBY mencintai bangsa dan rakayatnya maka ia tidak sebatas imbauhan, sebatas hasil rapat kabinet tetapi ia terjun langsung memastikan warga Ahmadya kembali ke rumah mereka dengan rasa aman, Ia terjun langsung memastikan warga GKI Yasmin beridabah di Gereja, Ia terjun langsung memimpin evakuasi para korban longor di penambangan Freeport. Soekarno mencintai bangsa ini dalam ketotalan pemberian diri. Ini berbeda dengan SBY. Ia mencitai negeri ini demi : 1. Pencitraanya 2. Demi partai politik 3. Demi lingkaran keluarganya 4. Demi ketakutan pada golongan tertentu 5. Demi pengharagaan semu dari pihak Asing Jika Ia SBY benar-benar mencintai bangsa ini maka ia tidak akan tampil dengan “cengegesannya” sukan mengeluh alias Curhat. Para tokoh bangsa, kata Anies Basweda memiliki peluang untuk mengeluh tetapi mereka tidak menyampaikan itu, mereka memilik kesempatan untuk pesismis tetapi mereka terus mengobarkan semangat optimisme. Mengapa? Jawaban, para tokoh Bangsa ini Soerkarno, Hatta, Sjharir, Boedi Oetomo, H. Agus Salim, Mgr Soegiopranoto dll, memiliki CINTA yang TOTAL bagi bangas ini, Cinta yang didasari oleh Pancasila. Melihat kenyataan perjalanan bangsa ini selama kepemimpinan SBY, apakah SBY sungguh-sungguh mencintai bangsa ini? Kenyataan Pluralisme sebagai wujud dari Nilai-Nilai Pancasila tercabik dan pemerintah diam. Negara tidak hadir bagi kaum minoritas. Kekayaan alam dirampok melalui perusahaan asing dan dirampok oleh para koruptor di dalam negeri. Negara seperti kue yang dibagi-bagikan bagi kepentingan politik. Semuanya ini terjadi karna pemimpin, kepala negara ini tidak lurus. Akibat kepala tidak lurus maka kebawahnya juga tidak lurus (seperti ungkapan Ahok). berdasarkan uraian di atas maka bagi saya, SBY tidak mencintai bangsa ini, yang terjadi SBY sedang mengkianati Pancasila….. menurut anda? Salam

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...